Showing posts with label cara kerja pikiran. Show all posts
Showing posts with label cara kerja pikiran. Show all posts

Wednesday 29 January 2014

Bagaimana Cara Kerja Pikiran Kita?



Kita mungkin sudah sangat sering mendengar berbagai macam motivator atau pembicara yang membahas mengenai alam sadar dan bawah sadar kita. Kedua hal ini memainkan peranan sangat penting untuk menjelaskan bagaimana alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Dua hal ini (alam sadar & alam bawah sadar) juga menentukan betapa mudah dan cepatnya kita berubah.
Saya akan menjelaskan lebih detail mengenai hal ini. Artikel ini disarikan dari berbagai sumber terutama dari sebuah buku yang ditulis oleh guru The Law of Attraction, Joe Vitalle.
Sederhananya, Kita menerima semua masukan, ide, dan pengalaman dari dunia Kita di alam sadar. Ketika KIta dihadapkan pada kejadian-kejadian dan pemikiran baru, alam sadar Kita bisa menerima atau menolak semua pemikiran yang Kita pilih. Ketika pemikiran itu datang pada Kita dari sekeliling Kita , alam sadar menjadi penyaring, yang membuat KIta bisa memilih pemikiran dan kejadian yang ingin Kita libatkan dalam emosi Kita. Impian dan tujuan yang Kita inginkan untuk kehidupan Kita pun diciptakan di alam sadar.
Di keseharian Kita, Kita terus dihadapakan pada pilihan-pilihan apa yang akan diproses dan diakses oleh pikiran Kita, namun hampir seperti kebanyakan orang, Kita mungkin tidak menyadari bahwa itu adalah pilihan. Inilah salah satu alasan mengapa lingkungan dan orang-orang yang KIta pilih untuk mengelilingi KIta sangat penting. Lingkungan negatif bisa menyerap energi, dan bersifat destruktif, sedangkan lingkungan dan orang-orang yang positif segera memberi Kita semangat dan memperkuat kondisi emosional Kita.
PikiranJika Kita terus dibanjiri pesan negatif, Kita akan memilih pemikiran negatif yang akan disimpan oleh alam bawah sadar kita. Kemudian tanpa Kita sadari, Kita menjadi orang dengan pemikiran dan opini yang negatif, begitu pun sebaliknya jika pesan positif yang selalu Kita terima. Hal ini terjadi karena alam bawah sadar menerima apa yang Kita berikan padanya. Alam bawah sadar tidak mengevaluasi atau mengkalkulasi. Ia hanya menerima.
Alam bawah sadar adalah “pemikiran emosional” atau “perasaan”. Orang Yunani menyebutnya “pusat dari pusat”. Emosi Kitalah yang membangkitkan The Law of Attraction (Hukum tarik-menarik, baca artikel saya selanjutnya) dan mewujudkan apa yang Kita fokuskan. Jika Kita mengkhawatirkan apa yang terjadi, maka sebenarnya alam bawah sadar menggerakan Kita  ke arah hal negatif tersebut. Sebaliknya, jika Kita menciptakan pemikiran positif mengenai bagaimana Kita ingin sesuatu terjadi atau bagaimana Kita ingin menangani kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan dalam kehidupan Kita, alam bawah sadar Kita bisa dan akan menunjukan hasil positif itu.Mengkhawatirkan dan memfokuskan diri pada hal yang tidak Kita inginkan akan menguras enegi; energi yang sama besarnya dan bahkan lebih besar daripada energi yang Kita gunakan untuk berfokus pada apa yang Kita inginkan. Itulah kenyataanya.
KIta akan selalu mendatangkan energi yang selaras dengan Kita, jika diri Kita negatif, maka Kita pun akan menerima hal negatif. Dengan memahami bagaimana alam bawah sadar bekerja, bisa membantu Kita mengawasi dan mengendalikan alam sadar Kita dan lebih penting lagi, Kita bisa meningkatkan hasil positif dari diri Kita. Pemikiran yang terus diulang akan terwujud dalam hidup Kita.
Pertanyaanya adalah; “Apakah Kita bisa mengubah keyakinan dan pemikiran negatif yang sudah menjadi milik dan kebiasaan Kita?” Jawabannya adalah “Tentu bisa!”Salah satu caranya adalah Kita harus mengubah pola pikir Kita. Pola pikir adalah kata-kata yang berulang kali Kita ucapkan pada diri Kita sendiri, seperti: “Saya bukan orang yang bisa mengelola dan mengatur, jadi Saya tidak cocok untuk berbisnis” atau “Saya kurang pandai dan cerdas,
jadi mustahil bagi Saya untuk mempunyai karir hebat di perusahaan.” atau “Saya berasal dari keluaga sederhana, hampir tidak mungkin Saya bisa kaya”. Kita pun bisa memiliki pola pikir positif seperti: “Saya bersyukur atas apapun yang ada pada diri Saya dan yang Saya miliki” atau “Saya selalu yakin Tuhan selalu memberikan hal baik kepada umatnya.” atau “Saya yakin apapun bisa terwujud, jika Saya yakin dan punya kemauan besar”. Apakah Kita memiliki pola pikir yang mengkonfirmasikan keyakinan mengenai diri Kita sendiri? Apakah pola pikir dan keyakinan tersebut mendukung Kita atau apakah pola pikir tersebut berlawanan dengan apa yang Kita harapkan?
Hasil selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Dengan memilih dan berkomitmen pada kebiasaan yang baru dan positif, Kita pada akhirnya akan mengubah keyakinan Kita mengenai diri Kita sendiri karena Kita menciptakan bukti berdasarkan apa yang Kita hasilkan.
Ada yang berpendapat bahwa keyakinan dan pola pikir negatif yang mengakar berasal dari pengalaman traumatis. Setelah saya ambil kesimpulan dari yang saya pelajari, ternyata hal sebaliknyalah yang benar. Kebanyakan orang mengembangkan keyakinan dan pola pikir mengenai apa yang bisa atau tidak bisa mereka capai dari kejadian-kejadian yang sangat kecil. Hal ini terjadi karena, pada saat Kita masih kanak-kanak, kejadian-kejadian ini terasa berkesan dan menarik. Saya berikan analoginya; Pernahkah Anda mengunjungi rumah yang Anda tempati pada saat Kita kecil? Apakah Anda terkejut melihat rumah tersebut begitu kecil dibandingkan pada saat Anda masih tinggal di rumah itu pada saat kanak-kanak yang terasa besar? analogi berikutnya; Apakah ada kejadian pada saat Anda di bangku sekolah pernah melakukan sesuatu yang pada saat itu terasa memalukan dan sangat bodoh, sehingga teman-teman Anda mengejek dan mencemooh? Kejadian-kejadian itu mungkin sangat sepele, namun hal ini sangat traumatis bagi Anda.
Selain kejadian-kejadian di masa kecil yang mempengaruhi keyakinan Kita, ternyata kata-kata orang tua atau orang yang Kita kasihi juga bisa mempengaruhi keyakinan Kita mengenai potensi dan kemampuan Kita untuk mengubah hidup, jika Kita membiarkannya. Jika saat ini Kita memiliki keluarga atau teman-teman yang terus menyuruh Kita berhenti bermimpi dan berfokus pada kenyataan. Kita harus memutuskan apakah Kita akan membiarkan mereka membatasi hidup Kita.
Kesimpulannya adalah, setiap Kita harus sadar bahwa masa depan tidak ditentukan oleh hal-hal yang Kita bawa sejak lahir ataupun kejadian-kejadian dan kondisi yang Kita bawa sejak masih anak-anak. Begitu juga, Kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas keberhasilan atau kegagalan Kita, karena menyalahkan orang lain berarti Kita telah kehilangan kesempatan untuk belajar sesuatu dan melepas tanggung jawab yang seharusnya Kita ambil. Kita hanya bisa mengubah diri Kita dan terus membina hubungan yang baik dengan sesama. Kita lah yang mengontrol takdir Kita sepenuhnya, apa pun yang terjadi atau pun yang dikatakan oleh orang lain, memberi Kita kebebasan untuk menemukan jati diri KIta dan menentukan masa depan Kita.

Memahami Cara Kerja Pikiran Agar Bisa Menjadi Manusia Kritis


13366196221869390161
Kacamatamu menentukan persepsimu dan itulah duniamu. Setiap saat manusia mendapatkan informasi atau pesan dari luar dirinya melalui penglihatannya, pendengarannya, perasaannya. Manusia melakukan filter terhadap informasi atau pesan yang diterimanya tersebut dalam pikirannya. Bagaimana otak memproses informasi dan berpikir? Terhadap realitas informasi yang diterimanya, dalam pikirannya terjadi proses seleksi dan penghapusan sebagian informasi, terjadi distorsi atau penilaian dan pemaknaan, bisa terjadi generalisasi atau penyederhanaan. Semua itu tak lepas dari spiritualitasnya, identitasnya, nilai-nilainya, kepercayaannya, strateginya, ingatannya dan keterampilannya. Dari situlah lahir representasi atau wujud dari persepsinya, dunianya.
Apa yang dipercayainya itulah dunia yang menjadi miliknya. Dengan memahami bagaimana pikiran menangkap, memproses dan memproduksi informasi, seseorang akan mampu bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang datang padanya.
Misalnya mendengar pernyataan, ‘Tulisan si A itu jelek,’ ia bisa meresponnya dengan kritis, ‘Jelek menurut siapa? Jelek itu ukurannya bagaimana? Yang jelek bagian mana, pesannya kah? teknik penulisannya kah? struktur bahasanya kah? pemilihan kata-katanya kah?’ Ketika mendengar pernyataan, ‘Banyak orang bilang begitu,’ ia bisa mengajukan pertanyaan, ‘Banyak orang itu berapa? Siapa saja?’ Ketika mendengar pernyataan, ‘Saya tidak diperlakukan dengan adil,’ ia bisa bersikap kritis, ‘Perlakuan seperti apa yang Anda terima itu?’ Bersikap kritis akan membuat peta pembahasan menjadi lebih spesifik dan terarah.
Inti dari memahami cara kerja pikiran adalah agar seseorang bisa selalu mawas diri, terhindar dari provokasi, manipulasi, tidak menelan mentah-mentah begitu saja informasi yang belum teruji akurasinya.
Seribu kepala seribu isi seribu persepsi, memang demikianlah adanya. Lalu, ketika tujuh orang mengatakan hal baik, tiga orang mengatakan hal tidak baik, terkadang seseorang sibuk memikirkan perkataan tiga orang tersebut, betapa tidak bergunanya. Apalagi bila memahami bahwa positif-negatif selalu bergandengan tangan, saling mengimbangi. Pendapat negatif dari orang lain adalah penyeimbang agar seseorang lebih mengenali dirinya sendiri dengan lebih baik lagi, lebih cermat lagi.

sumber :  http://kesehatan.kompasiana.com